Selasa, 22 Maret 2016

NAMA APA YANG DIAJARKAN ALLAH KEPADA ADAM AS

Q.S. AL-BAQARAH:  31-32

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ.. قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Senin, 07 Maret 2016

PENELITIAN



بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ


PENELITIAN QUALITATIF DALAM PENDIDIKAN
DALAM PEKRSPEKTIF BOGDAN dan BRIKLEN

N a w a w i
Staf Pengajar Jurusan PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Abstrak
Riset qualitative disebut juga sebagai riset lapangan “field research”, sebab datanya dikumpulkan dari lapangan penelitian dan ini kontras dengan penelitian laboratorium yang pengumpulan datanya diatur oleh peneliti sendiri (Junker; 1960). Pada bidang pendidikan riset qualitative disebut sebagai penelitian naturalistic sebab peneliti tertarik menyelidiki peristiwa, fenomena yang terjadi apa adanya natural. Data penelitian qualitatif dikumpulkan dari orang-orang dalam berprilaku wajar (Guba 1978; Wot, 1979), dan masih banyak lagi sebutan terhadap penelitian ini, akan tetapi Bogdan dan Briklen lebih menyukai istilah qualitative research.

A.       PENGANTAR
Menurut  Bogdan dan Briklen; bahwa riset qualitative bentuknya bermacam-macam dengan beragam latar lingkungan. Riset qualitative memiliki karakteristik yakni; 1) Data yang dikumpulkan bersifat lunak, artinya kaya dengan interpretasi tentang orang, tempat, dn percakapan yang tidak gampang digarap menggunakan prosedur statistika. 2) Pertanyaan penelitian tidak dirumuskan berdasarkan variable operasional, hal itu digunakan untuk menyelidiki segala kerumitan (obyek penelitian) dengan segala kerumitan dalam konteksnya. Para peneliti qualitative akan benar-benar focus pada saat proses pengumpulan data, untuk mampu memahami fenomena dari kerangka acuan subyek penelitian. Mereka tidak merancang penelitian deagan pertanyaan-pertanyaan khusus dan detail serta tidak mengajukan hipotesis untuk diuji. Factor-faktor penyebab fenomena dianggap hal penting kedua dalam penelitian ini, mereka cenderung mengumpulkan data melalui kontak langsung dengan orang-orang di lokasi penelitian secara terus-menerus.
Alat pengumpul data dominan yang digunakan dalam penelitian qualitative adalah observasi dan wawancara mendalam, yang sering kali disebut sebagai wawancara tidak terstruktur (Maccoby & Maccoby; 1954), opened interview (Jahoda,dkk; 1951), non directif (Meltzer & Petras), atau terstruktur luwes (Whyte; 1979). Peneliti bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang orang-orang seperti; murid-murid, guru, kepala sekolah, bagaimana mereka berfikir, bertingkah-laku, dan memperoleh pandangannya. Tujuan seperti itu memaksa peneliti tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama, merekam wawancara dan kegiatan sehari-hari, tidak ada questioner yang dipersiapkan sebelumnya, hanya kadang-kadang menggunakan pedoman wawancara yang  tidak terstruktur, yang sering terjadi adalah peneliti itu merupakan satu-satunya instrument yang berupaya agar para subyek bebas mengemukakan gagasannya mengenai topic tertentu sesuai keragka acuan mereka sendiri.
Riset qualitative disebut juga sebagai riset lapangan “field research”, sebab datanya dikumpulkan dari lapangan penelitian dan ini kontras dengan penelitian laboratorium yang pengumpulan datanya diatur oleh peneliti sendiri (Junker; 1960). Pada bidang pendidikan riset qualitative disebut sebagai penelitian naturalistic sebab peneliti tertarik menyelidiki peristiwa, fenomena yang terjadi apa adanya natural. Data penelitian qualitatif dikumpulkan dari orang-orang dalam berprilaku wajar (Guba 1978; Wot, 1979), dan masih banyak lagi sebutan terhadap penelitian ini, akan tetapi Bogdan dan Briklen lebih menyukai istilah qualitative research.
1.      Tradisi Penelitian Qualitatif dalam Pendidikan
Guba dan Lincoln menyatakan bahwa kelahiran penelitian pendidikan adalah sejak Kongres Amerika mengesahkan undang-undang penelitian komperatif (1976), dengan memberikan dana kepada lembaga-lembaga tertentu untuk membantu penelitian pendidikan. Penelitian qualitative dalam bidang pendidikan baru pada tahun terakhir ini padahal ia memiliki tradisi yang lama dan kaya. Akar penelitian qualitative terdapat pada beragam disiplin ilmu, karenanya penjelasan sejarah penelitian ini akan melibatkan banyak disiplin ilmu.
2.      Characteristic of Qualitative Research
a.       Qualitative research has the natural setting sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrument kunci
b.      Qualitative research bersifat deskritif
c.       Qualitative researcher are concerned with process rader than simpli with outcomes or product.
d.      Qualitative researchers tend to analyze their data inductively
e.       “Meaning” is the essential concern to the qualitative approach
Sementara itu Creswell menetapkan beberapa karakteristik penelitian qualitative yakni:
a.       Explorasi masalah dan mengembangkan pemahaman detail dari fenomena umum
b.      Tinjauan literatur memiliki peran kecil tapi berperan untuk menjustifikasi masalah
c.       Pernyataan tujuan dan pertanyaan penelitian berbentuk umum dan luas
d.      Mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dari individu-individu sampai diperoleh pandangan umum responden
e.       Deskripsi dan analisis data menggunakan analisis kata-kata dan penafsiran makna yang lebih luas dari temuan penelitian
f.       Struktur dan kriteria evaluasipenulisan laporan fleksibel, memasukkan refleksi dan bias-bias subjektifitas.
3.      Theoretical Underpinnings (Landasan Teoretik Qualitative Research)
Bogdan dan Briklen memberi definisi paradigm sebagai kumpulan lepas dari asumsi, konsep, proposisi yang disatukan secara logis dan mengarahkan pemikiran dan jalannya penelitian. Sementara itu perspektif atau orientasi teoretis adalah cara memandang dunia atau sesuatu yang dianggap penting dan apa yang menyebabkan segala sesuatu berjalan, disadari atau tidak semua itu dibimbing oleh orientasi teoretik. Peneliti yang baik perlu menyadari landasan teorinya dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Teori menyatukan data dan mencegah riset membuat gambaran yang tidak terarah dan tidak sistematis.
Menurut Bogdan bahwa semua peneliti aliran qualitative dalam beberapa hal mencermikan perspektif fenomenologi dalam pengertian yang sangat umum, kemudian perspektif interaksionisme simbolis, dan yang terakhiretnometodologis.
4.      Fenomenological Approach
Peneliti aliran fenomenolgi berusaha memahami apa makna kejadian dan interaksi pada situasi tertentu.sosiologi fenomenologi banyak dipengaruhi oleh filsafat Edmun Hasserl dan Alfred Schutz, juga terletak pada tradisi Weber yang menekankan “verstehen”, pemahaman menurut taksiran atas interaksi orang-orang. Fenomenologi tidak menganggap dirinya tahu tentang makna sesuatu bagi orang-orang yang ditelitinya (Douglas; 1976). Penelitian fenomenologis berangkat dari “diam” (Psathas; 1973), keadaan “diam” ini sebagai upaya untuk menangkap makna apa yang sedang dipelajari. Yang ditekankan kaum fenomenologis adalah segi subyektif tingkah laku orang. Fenomenologi berusaha untuk bisa masuk  ke dalam dunia konseptual subyek penelitiannya. Fenomenolog berkeyakinan bahwa manusia memiliki banyak cara untuk menafsirkan pengalaman yang ada melalui interaksi dengan orang lain, makna pengalaman itulah yang membentuk realitas (Greene; 1978) akibatnya pengalaman itu bentukkan social (Berger dan Lukmann; 1967).


5.      Symbolic Interaction
Selaras dengan pandangan fenomenologi dan bersifat mendasar bagi pendekatan itu terdapat asumsi bahwa “that human experience is mediated by interpretation” (Blumer; 1969). Benda, masyarakat, situasi dan kejadian tidak memiliki maknanya sendiri, alih-alih makna itu diberikan kepada semua itu. Makna yang diberikan orang kepada pengalaman dan proses menginterpretasikannya merupakan hal yang esensial dan konstitutif, bukan kebetulan atau bersifat skunder. Orang berbuat tidak atas respon yang telah ditetapkan sebelumnya terhadap obyek yang juga teah didefinisikan sebelumnya.
Membuat interpretasi bukanlah perbuatan otonom, tidak dipengaruhi oleh kekuatan apapun manusiaa atau lainnya. Individu menginterpretasikan dengan bantun orang lain; orang-orang terdahulu, pengarang, keluarga, para tokoh, dan orang-orang di lingungan tempat kerja, tetapi orang-orang itu tidak membentuk hal itu baginya, akan tetapi makna dibentuk melalui interaksi.
6.      Culture
Definisi kebudayaan sangat beragam dan kebudayaan diyakini memberikan warna pada penelitian. Para peneliti mengatakaan bahwa riset dipandang berhasil jika mampu memelihara agar orang-orang tetap berprilaku sewajarnya dalam latar budayanya baik dalam keluarga, dalam komunitas masyarakat, di sekolah di dunia kerja dan di manapun. Lepas bagaimana kebudayaan didefinisikan, akan tetapi kerangka kerja budaya sebagai alat konseptualisasi pokok untuk menafsirkan data penelitian etnografi (istilah yang banyak digunakan para peneliti pendidikan untuk digunakan secara bergantian dengan penelitian qualitative).

7.      Ethnometodology
Etnometodologi berarti suatu studi tentang bagaimanaa individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari. Subyek etnometodologi bukan orang-orang primitive akan tetapi masyarakat dengan beragam latar belakang dan situasi yang tinggal pada komunitas tertentu. Etnometodologi sebagai suatu studi tentang bagaimana komunitas orang-orang yang dalam tatanan hidup keteraturan, menggunakan ciri-ciri tatanan keteraturan itu menjadi terorganisasi danya nyata bagi orang lain. Para ahli etnometodologi berusaha untuk memahami bagaimana masyaraakat memandang, memahami dan menjelaskan tatanan keidupan pada latar kehidupan mereka sendiri.
Para pendukung penelitian ini bahwa etnomedotologi telah berhasil membuat orang peka terhadap satu isu, yaitu bahwa penelitian itu sendiri bukan upaya ilmiah yang khas, akan tetapi penelitian dapat dipelajari sebagai suatu pencapaian kerja praktis. Mereka menyarankan untuk berhati-hati dalam memahami bahwa anggapan umum “common sense” sebagai piranti dasar pengumpulan data. Mereka mendorong para peneliti yang menggunakan pendekatan qualitative  agar sensitive terhadap asumsi-asumsi anggapan umum “common-sense assumptions”, untuk dibuang.
8.      Cultural Studies
Perbedaan utama antara pendekatan “cultural studies” dengan fenomenologis, mereka menolak pemikiran bahwa dunia “dapat diarahkan dan dapat dikethui”; pendapat itu “tidak dapat membuktikan dirinya secara empirik”, kaum fenomenologis mengajukan alasa; pertama orientasi cultural studies bahwa relasi social dipengaruhi oleh kekuatan relasi-relasi antara yang perlu diperhitungkan dengan menganalisis interpretasi-interpretasi informan dengan situasi mereka asing-masing.Kedua; mereka berketetapan bahwa semua riset mengandung beberapa pemahaman teoretik tentang prilaku manusia dan masyarakat, akan tetapi semua itu tidak dapat dideskripsikan secara akurat melalui proses analisis secara induktif. (Roman dan Apple; 1990, p. 62) misalnya mendukung pendapat bahwa; komitmen politis dan teoretis masa lalu para peneliti mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup bersama kelompok peneliti. Cultural studies menekankan pentingnya metode- qualitative menggambarkan hubungan timbal-balik strukur social dan kemanusiaan.
9.      A Story
Pada kasus-kasus perbedaan pandangan tentang suatu atau beberapa istilah yang digunakan dalam kehidupan manusia dan perlu mendapat penetapan yang disepakati bersama, dalam metode qualitative malah akan memperluas perbedaan bukan memfokuskan untuk mencapai consensus tentang definisi yang sebenarnya. Pendekatan “A Story” mampu meredam kesalah-fahaman dari beragam pandangan yang berlainan, akan tetapi metode qualitative malah memperluas pandangan, semua itu terjadi sebaab salah satu prinsip yang dipegang para peneliti qualitative bahwa “realitas itu bersifat jamak bukan tunggal”.
10.  Nine Commons Question Research about Qualitative Research
Bogdan dan Briklen memberikan beberapa pertanyaan umum berkenaan penelitia qualitative yakni:
a.          can qualitative and quantitative approach be used together ?
b.         is qualitative research really scientific ?
c.          how does qualitative research differ from what other people such as reasecher, reporters, or artiss do ?
d.         are qualitative findings generalizable ?
e.          what about the reasecher’s opinion, prejudices, and other biases and their effect on the data ?
f.          don’t the presence of the reasecher change the behavior of the people he/ she is trying to study ?
g.         will two reasechers independently studying the some setting or subjects come up with the same fndings ?
h.         what is the goal of qualitative research ?
i.           how does qualitatif research differ from quantitative research ?

B.        DISAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah kerangka kerja menyeluruh berkenaan dengan tahapan-tahapan gradual penelitian yang akan dlakukan peneliti dari awal sampai akhir. Rancangan ini akan berkembang di lapangan penelitian setelah peneliti memperoleh pengertian tentang latar penelitian, subyek penelitian, serta beragam sumber-sumber datanya, melalui pemeriksaan langsung di lokasi penelitian. Rancangan penelitian qualitative ini dimaksudkan untuk pertama; sebagai kerangka rujukan “base-line” yang bersifat lenturdanperludikembangkan parapeneliti di lapangan ketika melakukan kegiatannya, dan kedua; kerangka kerja ini diperlukan sebab dalam penelitian, para peneliti perlu menghapus segala pra-konsepsi yang dimilikinya sebelum pelaksanaan penelitian.Kerangka kerja atau “research design” penelitian qualitative memuat prosedur rinci dan baku dalam tradisi penelitian, tidak bisa dilakukan sebelum mengumpulkan data, karena itulah dalam qualitative para peneliti tidak melakukan penelitiannya diawali dengan hipotesis untuk diuji, dan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab.
Bab ini membahas disain penelitian, yang dimulai dengan mendiskusikan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih topic penelitian, kemudian mendiskusikan disain terkait dengan topic-topik spesifik dan sumber data penelitian yang beragam. Berkaitan dengan topic disain dan sumber data penelitian yang beragam, Bogdan dan Briklen menyiapkan dua disain yang digunakan untuk menghasilkan teori yang mendalam “grounded theory” yakni; induksi analitik, dan metode komparatif konstan.
1.      Chosing a Study
Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih topic penelitian qualitative adalah: apa yang akan diteliti ? jenis data apa yang akan dieksplorasi ? pendekatan spesifik apa yang akan dilakukan ?
2.      Case Study
Studi kasus adalah kajian mendalam terhadap suatu latar belakang tertentu, atau satu subyek tertentu, atau tempat penyimpanan dokumen, atau suatu  peristiwa tertentu. Studi ini relative lebih sederhana disbanding study-multi situs atau multi subyek, karena itu studi ini menjadi langkah pertama bagi para peneliti sebelum maju ke studi lainnya yang lebih rumit.
Studi kasus qualitative memiliki banyak ragamnya dan setiap jenis itu perlu pertimbangan spesifik serta prosedur penerapannya. Jenis-jenis tersebut adalah:
a.       Studi Kasus terhadap Latarbelakang Historis suatu Organisasi; “Historical Organizational Cas Study
a.       Studi ini focus pada organisasi tertentu dan pada kurun waktu tertentu, menelusuri perkembangannya, bagaimana kelahirannya, contoh; sekolah terbuka “free school” penelitian dimulai dengan; bagaimana kelahirannya, bagaimana perkembangan pada tahuan pertama, bagaimana perubahanya pada kurun waktu tertentu, dan seperti apa keadaannya saat ini.
b.      Studi Kasus Observational “Observatinal Case Study
Teknik utama dalam pengumpulan pada data studi adalah “participant obcervation” observasi terlibat, dan focus studinya terhadap suatu organisasi tertentu (sekolah, pusat rehabilitasi), atau bagian-bagian tertentu dari sebuah lembaga/ organisai, seperti;
a.       Suatu tempat tertentu (suatu kelas, ruang dewan guru)
b.      Sekelompok orang tertentu dari organisasi (tim bola basket SMA tertentu, guru-guru sekolah tertentu)
c.       Kegiatan atau peristiwa tertentu pada organisasi (pengembangan kurikulum, kepemilikan senjata di antara para siswa SMA)
3.      Multisite Study
Studi multi-situs, studi ini menghendaki adanya beragam situs atau tentang subyek yang jauh berbeda dengan yang pernah dibicarakan sebelumnya. Jenis penelitian ini arahnya untuk pengembangan teori, kareanya membutuhkan lebih banyak situs dan subyek penelitian dari pada hanya dua atau tiga situs/ orang saja.
4.         Modifikasi Analisys Induktif “modified analytic inductive”
Rancangan pengumpulan dan analisis data yang digunakan untuk mengembangkan teori sekaligus untuk megujinya, ia memiliki sejarah yang panjang dan kontroversil (Becker; 1963; Danzia; 1970, dll). Prosedur analisis induktif digunakan untuk menyelidiki masalah, pertanyaan, atau isu khusus yang menjadi focus riset.  Data dikumpulkan dan diolah secara deskriptif yang merangkum semua kasus. Cara yang digunakannya adalah model wawancara terbuka, participant observation, dan studi dokumentasi.
Jelasnya perlu dipelajari dari Jonah Glenn yang memulai studinya dengan hipotesis tentang; keefektifan kinerja guru bahwa (beberapa guru ternyata bekerja lebih efektif dibanding guru-guru lainnya). Glenn memulai mewawancarai guru tertentu yang direkomendasikan sebagai guru efektif, merekam pengalaman panjangnya selama jadi guru, suka-dukanya, keberhasilan dan kegagalannya menghadapi siswa, di beberapa tempat bekerja (sekolah). Beragam variable; kegagalan – keberhasilan, suka dan duka, kecewa dan senang, serta masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru, kemudian bagaimana cara guru tersebut mengatasi masalah pembelajaran di berbagai sekolah dengan latar budaya beragam, kemudian sampai mencapai keberhasilan (effectiveness), semua itu dikembangkan dan diuji untuk menjadi teori keberhasilan guru.
Penyelidikan kemudian dilanjutkan dengan studi terhadap guru-guru lain yang juga direkomendasikan sebagai guru efektif, mendatangi sekolah-sekolah tempat mereka bertugas satu persatu, mengobservasi bagaimana guru bekerja, menyelidiki orang-orang disekitarnya. Mengumpulkan data dan informasi yang dianggap relevan dengan keefektifan kinerja guru, dan membuang bagian-bagian tertentu yang tidak relevan. Memadukan kehidupan pribadi guru dan kedinasannya, mendeskripsikan masalah yang dihadapi dan putusan yang diambil guru dalam mengatasinya, dengan beragam tempat, subyek yang diteliti serta setting social dan geografisnya.
Teori itu berupa pernyataan proposisi tentang guru efektif, dan sebuah diagram karir dan kontingensi karir yang terdapat relasi dengan keefektifan, deskripsi itu mendefinisikan keefektifan dan menjelaskan dimensi-dimensinya. Berangkat dari teori kesefektifan dari guru pertama, kemudian dimodifikasi setelah mewawancarai guru kedua, dan dimodifikasi setelah meneliti guru ke tiga dan seterusnya, sampai tidak ada lagi proposisi yang berlainan, Glenn menggunakan tekni bola salju, dari guru yang berpengalaman dan hampir pensiun, guru pengalaman sedang (pertengahan), dan guru pemula, semuanya yang direkomendasikan sebagai guru efektif, dan menggunakan teknik purposive sampling, bukan random sampling.
Robinson (1951) memodifikasi versi alanisis induktif sebagai berikut:
a.       Pada tahap awal penelitian anda memulai dengan membuat definisi dan penjelasan tentang phenomena tertentu (Guru efektif).
b.      Anda berpegang pada definisi dan penjelasan itu sampai memperoleh data penelitian.
c.       Modifikasi definisi dan penjelasan itu setelah memperoleh kasus yang menjelaskan dan tidak cocok dengan definisi/penjelasan yang anda pegang.
d.      Secara aktif anda mencari kasu-kasus yang diduga bertentangan dengan formulai awal.
e.       Buat redefinisi phenomena dan reformulasi penjelasan yang didirikan di atas keterhubungan (phenomena dan penjelasan) universal, menggunakan kasus-kasus negative dalam me-redefinisi dan reformulasi (guru efektif).

C.    DATA QUALITATIF
Data qualitative  adalah bahan-bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari lokasi penelitian, bahan itu merupakan hal-hal khusus untuk dijadikan dasar analisis. Data meliputi semua bahan yang direkam secara aktif oleh peneliti; transkrip wawancara, dan catatan lapangan hasil observasi terlibat, termasuk data penelitian segala yang diciptakan orang lain dan ditemukan peneliti seperti; poto, buku harian, dokumen resmi, dan artikel surat kabar.
Bab ini focus pada data dan pengumpulan data yang menjadi konten penelitian serta bagaimana mekanisme pengumpulan data sebagai konten penelitian.
1.      Catatan Lapangan (Fieldnotes)
Catatan lapangan adalah ceritera tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan peneliti selama berlangsungnya pengumpulan dan refleksi data dalam studi qualitative. Catatan lapangan jga berisi rekaman tertulis mengenai fikiran, siasat, refleksi, pirasat, serta pola catatan yang ada.
Catatan lapangan ini sebagai bentuk andalan dari bentuk participant observation, dan juga sebagai pendukung dalam wawancara yang menggunakan rekaman sekalipun, catatan lapangan sebagai pelengkap aspek-aspek tertentu yang tidak bias direkam. Catatan lapangan ini dalam pandangan Bogdan memiliki arti kolektif, meliputi; catatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen resmi, statistika resmi, gambar, dan bahan-bahan lain.
a.       Isi catatan Lapangan (the Content of Filednotes)
Sebagaimana definisi di atas, catatan lapangan terdiri dari dua jenis yakni pertama bersifat deskriptif:yakni kecenderungan menangkap kata, gambaran tentang latar tempat, orang-orang, tindakan dan percakapan seperti yang diamati. Kedua bersifat reflektif; yakni bagian yang lebih banyak menangkap kerangka berpikir, gagasan, dan kecenderungan-kecenderungan.
Bagian Deskriptif  Catatan Lapangan ; Bagian ini merupakan rangkaian panjang yang menggambarkan segala upaya peneliti untuk merekam secara rinci dan seobyektif mungkin segala yang terjadi di lapangan dan sebanyak mungkin. Karena itu seyogyanya dihindari penulisan rangkuman atau interpretasi terhadap ibyek yang Nampak, misalnya “anak itu acak-acakan”, sebaiknya mendeskripsikannya: anak itu berpakaian tidak distrika, kotor, dari hidungnya keluar caairan sekitar 2 senti menuju mulutnya, sepatunya penuh debu…” gunakan uraian deskripsi dari apa yang dilihat, didengar, dilakukan subyek penelitian di lapangan, dan hindari penyederhanaan atau ringkasan-ringkasan.
Bagian deskriptif catatan lapangan ini berisi;
1)      Gambaran tentang subyek meliputi; penampilan fisik, kelakuan khasnya, gaya bicara, serta tindakannya, kemudian perlu pula dicari keunikan-keunikan yang dimiliki dan membedakan subyek yang satu dari lainnya.
2)      Rekonstruksi dialog, penting untuk menggunakan rekamk fisik, dan video dan didukung catatan-catatan khusus, dan perlu diperhatikan gerak fisik, aksen, ungkapan-ungkapan khas.
3)      Deskripsi latar fisik, denah gambar ruangan, tata letak perabotan, isi papan pengumuman, untuk kelengkapan gunakan kamera digital.
4)      Catatan kejadian-kejadian, berkenaan dengan siapa pelaku, apa yang dilakukannya, serta sifat tindakannya, termasuk pula urutan-urutan kejadian itu secara sequential.
5)      Prilaku peneliti, dalam penelitian qualitative subyek penelitian adalah orang-orang yang diwawancarai dan dijumpai di latar penelitian, akan tetapi anda mesti memperlakukan diri anda sebagai subyek penelitian atau instrument utama penelitian qualitative yang dilengkapi dengan asumsi-asumsi dan konseptualisasi terhadap fenomenalatar penelitian.
Bagian Reflektif Catatan Lapangan; adalah catatan tentang sisi-sisi yang bersifat subyektif dari perjalanan penelitian. Tekanannya pada spekulasi, rasa, masalah, gagasan, firasat, kesan, firasat, dan prasangka. Perlu pula dimasukkan koreksi atas kesalahan atau kesalah-fahaman, dengan menggunakan notasi atau kode-kode tertentu yang difahami peneliti (*= dugaan peneliti, X= koreksi atas kesalahan) dan sebagainya
Bagian refleksi ini berisi catatan-catatan tentang;
a.       Refleksi analisis;Pada bagian ini peneliti menduga-duga tentang apa yang akan diteliti, tema yang dimunculkan, pola penelitian yang akan dilakukan, koneksi sebagian data dengan data lainnya, pengembangan pikiran dan gagasan.
b.      Refleksi metode; Bagian ini berisi refleksi tentang prosedur dan strategi serta keputusan yang diambil dalam penetapan disain penelitian.
c.       Refleksi dilemma etik dan konflik; Refleksi pada bagian ini berkaitan dengan nilai-nilai dan tanggung jawab peneliti erhadap subyek penelitian dan profesi peneliti, dalam konteks pergaulan sehari-hari.
d.      Refleksi tentang kerangka pikiran pengamat; Secara umum para peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki sejumlah asumsi terhadap subyek dan latar/ setting penelitiannya. Seperangkat praconsepsi ini bersumber dari agama yang diyakini, ideology politik, latar budaya, posisi social, pengalaman sekolah, ras, dan jenis kelamin.
e.       Hal-hal lain untuk memperjelas;Catatan lapangan yang dibuat peneliti selanjutnya dapat pula ditambah dengan beberapa kode dan atau keterangan tertentu yang berguna untuk memperjelas, atau untuk memberikan catatan khusus tertentu tentang kejadian/ subyek/ fenomena pada saat itu.
2.      The Subject Written Words
Catatan tertulis subyek penelitian dapat berupa;
a.       Personal documents yakni; narasi orang pertama yang menggambarkan kegiatan individu, pengalaman, dan keyakinan-keyakinan. (Plummer; 1983, Taylor and Bogdan; 1984). Ada beberapa jenis catatan pribadi:
b.      Buku catatan harian (intimate diaries) menurut Allport; (1942)  sebagai personal documents yang bermutu.
c.       Surat-surat pribadi (personal letters) antara anggota keluarga, teman-teman, merupakan sumber penelitian qualitative yang kaya
d.      (Autobiographies) riwayat hidup autobiografi yang seseorang juga menjadi rujukan data qualitative yang kaya informasi.
e.       Dokumen resmi (official documents)
Sekolah-sekolah dan lembaga birokrasi, dimaklumi banyak memproduksi jaringan komunikasi tertulis sekaligus file-file
penyimpanannya. Official documents dapat berupa;
a.      Internal documents, dan
b.      External documents
3.      Photography
Photography erat kaitannya dengan riset qualitative dan digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat subyektif, dan hasilnya dianalisis secara induktif. Foto ada dua macam yakni; 1) foto temuan (ada orang lain yangtelah mengambilnya berkenaan obyek tertentu); 2) foto yang dibuat peneliti sendiri; dan 3) foto untuk analisys, yakni ketika peneliti beranggapan bahwa gambar/ foto merupakan pernyataan abstrak atau terjemahan obyektif mengenai suatu latar atau isu tertentu.
4.      Data Statistika dan Data Qualitatif Lain (Official Statistics and Other Quantitative Data)
Sekolah dan atau lembaga/ instansi memiliki sumber data bagi penelitian qualitative yang sangat kaya dan beragam jenisnya, adaa data yang disimpan kepala sekolah, sesuai jenis dan tujuannya, ada data yang disimpan para guru juga sesuai jenis dan tujuannya, da nada data administrative, juga disimpan sesuai jenis dan tujuannya. Bogdan dan Briklen menyampaikan delapan macam data quantitative untuk difahami dalam perspektif qualitative sebagai berikut:
Konsep angka nyata (penamaan yang keliru); proses quantifikasi menghasilkan angka dan ukuran, angka dan ukuran itu tidak tampil alamiah. Angka dan pencacahan itu merepresentasikan pandangan subyek terhadap orang-orang, obyek, dan peristiwa. Ketika subyek menyikapi secara numerical tehadap penggolongan masyarakat, obyek, dan kejadian tertentu, tidak berarti terdapat kesepakatan yang wajar mengenai bagaimana diperoleh angka dan cacahan itu.

D.    ANALYSIS DATA
Analisis data adalah proses sistematik dalam mencari dan membuat catatan interview, catatan lapangan, dan berbagai bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman serta mampu mempresentasikan apa yang telah diperoleh dari (penelitian) kepada orang lain.Analisis data meliputi kegiatan; organisasi data, merinci data menjadi bagian-bagian yang sudah diatur, menyusunnya, mencari hubungan-hubungannya, mencari apa yang penting, serta mendeskripsikan apa yang  akan disampaikan pada orang lain.
Analisis bertugas untuk memberi interpretasi dan pemaknaan terhadap bahan-bahan yang sudah terkumpul. Pekerjaan menganalisis ini terlihat berat bagi para peneliti pemula. Bogdan merekomendasikan langkah-langkah berikut menuju analisis bahan-bahan yang telah dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data:
1.      Analysis in The Field
Tahapan-tahapan yang perlu dikerjakan dalam analisis data di lapangan
a.          paksa dri anda untuk mempelajari secara focus pada salah satu aspek/ bidang tertentu dari banyak aspek penelitian yang anda hadapi. Hal ini dilakukan setelah melakukan kunjungan tiga (3) sampai empat (4) kali.
b.         Tentukan pula jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian qualitative anda, apakah studi kasus lembaga/ organisasi tertentu ? pengamatan ? etno-grafi, life-story dan lainnya.
c.          Kembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik (develop analytic questions), pada setiap focus penelitian tertentu yang anda pilih. Ketika anda focus untuk mempelajari “bagaimana membelajarkan al-Qur’an bagi orang-orang dewasa (35 tahun) ke atas yang belum mampu membaca al-Qur’an”. Selanjutnya buatlah pertanyaan-pertanyaan spesifik; a. kemampuan standar apa yang dianggap paling penting dikuasai terlebih dahulu ? b. bahan ajar apa yang dianggap paling relevan ? c. bagaimanakah cara yang digunakan ? d. bagaimanakah system pelinailaian yang dikembangkan ? dan seterunya.
d.         Rencanakan sesi pengumpulan data berdasarkan temuan yang diperoleh dari observasi sebelumnya.
e.          Buatlah komentar yang banyak dari para pengamat terhadap gagasan yang muncul dalam pikiran anda.
f.          Tulislah memo untuk diri anda tentangkeberhasilanpenelitian anda.

2.      More on Analysis in The Field
Ada beberapa hal umum yang perlu diperhatikan peneliti ketika masih berada di lapangan penelitian, sebelum menginjak pada sesi berikutnya yakni;
a.          Jangan takut berspekulasi; Kurangnya kepercayaan terhadap hasil penelitian biasanya membuat peneliti terlalu berhati-hati untuk membuat gagasan berikutnya. Spekulasi sangat produktif untuk cara penelitian ini, spekulasi menyebabkan anda mau mencoba gagasan, jangan menunda berpikir karena belum semua data dikumpulkan, berpikirlah dengan data yang ada.
b.         Curahan gagasan; Gagasan dan pemaknaan akan selalu muncul pada saat melakukan penelitian, ini terjadi karena penlitian dianggap sebagai proses kreatif (Bogdan & Briklen; 1992, 164). Memikirkan gagasan secara mendalam perlu penyaluran, ada dua cara penyaluran yakni; mebicarakannya dengan temans ejawat atau sesame peneliti; dan kedua menuliskannya dalam cacatan-catatan atau memo, untuk kemudian menjadi sebuah naskah. Dalam kasus ini Bogdan merekomendaikan untuk cara kedua (menuliskannya), dengan catatan bahwa membicarakan dengan teman sejawab dapat mengurangi energy untuk menyelesaiakn pekerjaan besar yakni menuliskannya menjadi naskah.
c.          Saran terakhir Bogdan bahwa: Buatlah tanda-tanda tertentu pada catatan lapangan, mungin nomor urut catatan, tanda-tanda khusus untuk menerangkan pentingnya catatan, dan penjelasan catatan yang dibuat.
3.      Analysis after Data Collection
Para peneliti senior sering kali mengambil rehat dahulu beberapa saat setelah selesai pengumpulan data, untuk kemudian kembali menyelesaiakn langkah berikutnya dengan keadaan fikiran dan badan yang bugar. Akan tetapi perlakuan seperti itu tidak dapat dilakukan dalam waktu yang terlalu panjang sebab dikhawatirkan berakibat buruk pada penelesaian pekerjaan, atau ada perubahan di lokasi penelitian ketika kita membutuhkan data tambahan atau kelengkapan data, atau penjelasan lanjut dan sebagainya.
Bagi peneliti pemula ada baiknya melakukan beberapa pekerjaan setelah pengumpulan data di anggap selesai yakni; mensortir data, mengelompokkan sesuai jenis dan kebutuhannya, dan agtau berdasarkan kode-kode tertentu yang telah diberikan sebelumnya.


E.     MENULIS HASIL PENELITIAN
Menulis data hasil penelitian qualitative agak lebih mudah dari pada menulis konseptual, peneliti memiliki setumpuk data dan informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian, ditambah dengan catatan-caatatan atau keterangan dan sandi-sandi tertentu, serta komentar dari para pengamat, yang dapat disusun menjadi konsep sementara dari bagian-bagian tulisan tertentu. Peneliti memiliki landasn untuk melakukan revisi dan atau pengembangaan catatan-catatan yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan makalah, laporan, dan mungkin buku.
1.      Getting Started
Menurut Bogdan bahwa penulis  (peneliti) pemula biasanya agak lalai menulis ketika data dan keterangan penelitian sudah diperoleh, mereka agak mengalami kesulitan dari mana dan bagaimana mulai tulisan, hal ini berlangsung biasanya sekalipun mereka sudah duduk di depan mesin tulis.
Lanjut Bogdan bahwa sebetulnya para peneliti/ penulis, mereka sudah mulai  menulis ketika mereka mulai memfokuskan perhatian secara spesifik pada suatu ide/ gagasan tertentu, ketika penulis memikirkan/ mencari tema tulisan, ketika mereka mulai memutuskan jenis tulisan mana yang perlu diambil, ketika anda menulis memo dan komentar para pengamat, dan ketika anda mulai menyortir catatan-catatan lapangan, maka sebetulnya peneliti itu sudah berada di perjalanan penulisan penelitian. Persoalannya adalah bagaimanakah sebenarnya penulisan itu terutama gaya penulisan, bentuk da nisi tulisan ?
2.      A Good Manuscript
Tulisan yangbaik menurut Bogdan dan Briklen adalah yang memiliki focus yang jelas, tujuan yang ditentukan, dan janji yang dipenuhi. Memiliki satu focus berarti menentukan apa yang akan diceriterakan kepada pembaca, dan focus pembahasan itu dinyatakan dalam satu atau dua kalimat saja. Akan tetapi menurut Bogdan bahwa focus itu memiliki banyak jenisnya, salah satunya adalah tesis, yakni sebuah proposisi yang diajukan dan dipertahankan. Tesis lahir mungkin dari hasil membandingkan hasil penelitian dengan pernyataan yang dikemukakan dalam banyak literature, misalnya “…..metode….ternyata sangat berlainan ketika diterapkan dalam pembelajaran di kelas”.
Tesis merupakan focus yang baik, argumentative, dan mampu membangunkan minat untuk mempelajarinya, akan tetapi argument yang diajukan seringkali mendapat serangan. Bogdan selanjutnya membagi jenis focus menjadi tesis, tema, dan topic. Tema dan tesis sama-sama mengandung gagasan besar. Menurut Bogdan tema adalah konsep teoretik yang timbul dari data yang dikumpulkan secara induktif, tema sebagai “kecenderungan penanda, konsepsi induk, atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri penting”. Tema bisa muncul dalam berbagai bentuk mulai dari pernyataan umum tentang manusia, prilakunya, dan situasi yang melatarinya.
Sebuah artikel atau makalah selalu memiliki rumusan yang koheren tentang; bagian pengantar, bagian inti, dan bagian penutup. Pengantar merupakan bagian yang berisi konteks permasalahan atau latar belakang yang menggiring pada focus pembahasan. Bagian inti merupakan bagian terbesar dari pembahasannya yang ditentukan oleh focus yang dipilih. Focus pada bagian ini perlu dideskripsikan menjadi rangkaian tesis, tema, dan topic. Pembahasan focus masalah ini sangat bergantung pada ketajaman penulis dalam menganalisis argumentative dan menyajikannya dalam tulisan yang dipaparka. Bagian penutup merupakan elaborasi dari penjelasan focus, argumentasi, dan implikasi dari temuan-temuan yang diperleh dari hasil penelitian. Bagian ini biasanya ditutup dengan rekomendasi peneliti bahwa segala hasil temuan penelitiannya perlu ditindak-lanjuti dengan penelitian pengembangan berikutnya.
3.      Concluding Remarks about Writing
Bogdan dan Briklen menutup pada bagian penulisan ini dengan beberapa rekomendasinya: pertama; menetapkan focus, kemudian membuat kerangka inti tulisan, dan mulailah dengan membuat bagian pendahuluan. Yakinkan diri anda bahwa yang anda buat itu sebagai draft awal bukan hasil final. Bogdan menekankan pada sesi penulisan laporan penelitian ini untuk memeriksa ulang draft tulisan, merevisi, menuliskan kembali, membaca/ mempelajari artikel-artikel, laporan penelitian qualitative lain, untuk mengambil makna dan pengalaman penulisan dari orang lain, baik format, kerangka, alur pemikiran, maupun penerbitannya.

F.     APPLIED QALITATIVE RESEARCH FOR  EDUCATION, EVALUATION, PEDAGOGY, AND ACTION
Pada bab ini Bogdan dan Briklen memberikan ilustrasi pengalaman penelitian qualitative yang diterapkan Paulo Freire dalam dunia pendidikan pada masyarakat Brazil. Masyarakat Brazil benar-benar mengalami chaos dalam tatanan kehidupan mereka akibat penjajahan dengan segala “romantikanya” seperti; pemerasan, perbudakan, penindasan, dan berbagai bentuk eksploitasi fisik maupun ruhaniah. Kahancuran akibat penjajahan itu begitu mendalam secara social, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya, dan yang paling utama adalah kehancuran ruhaniah yakni kerusakan kerangka berfikir secara individu maupun kelompok masyarakat (mind-set).
Kerusakan pada aspek ruhaniah dimaksud menyebabkan mereka tidak memiliki cita-cita ideal (vision) seperti apa ke depan ? apa yang seharusnya perlu dilakukan individu maupun masyarakat untuk mewujudkan (vision) ? bagaimana seharunya mereka melakukan tugas-tugas itu ? dan seterunya. Penjajahan benar-benar telah meluluh-lantakkan infrastruktur aspek-aspek batiniah kemanusiaan masyarakat Brazil seperti; kepercayaan diri, kerangka berpikir, cita-cita ideal untuk kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik, kebermartabatan, dan sebagainya. Menurut Freire bahwa yang dibutuhkan  masyarakat saat itu hanya tiga macam saja yakni; “Pao – Paeu – dan Pano” (pangan – pakaian - pentungan). Berdasarkan hasil pengamatan, dan pengalaman Freire, berkesimpulan bahwa kebodohan dan kemiskinan itu lahir berbarengan dengan perasaan ke-tidak-berhargaan/ ketidak-bermartabatan (the dignity).
Diskusi Bogdan dan Briklen pada bab ini terutama dimaksudakn untuk menekankan perlunya strategi-strategi penelitian qualitative dalam meneliti segi-segi kemanusiaan menuju perubahan peradaban masyarakat. Bogdan selanjutnya  membagi penerapan penelitian qualitative dalam konteks perubahan masyarakat atau peserta didik menjadi tiga jenis yakni; penelitian evaluasi (evaluation and policy research, pedagogical research, and action research), penelitian pedagogy, dan penelitian aksi atau penelitian tindakan.
Ketiga jenis penelitian dimaksud diilustrasikan sebagai berikut:

APPLIED QUALITATIVE RESEARCH IN EDUCATION
TYPE
WHO RESEARCHER SERVES
PURPOSE
FORM of DATA PRESENTATION

Evaluation and Policy Research

Contractor

1.    To describe, documents, and or assess a planned educational change
2.    To provide information to decision makkers


Written Rapport  or  Oral Presentation

Pedagogical Research

Learner or Program

To promote individual change through education

Training programs
Workshop
Curriculum


Action Research

Social Cause

To promote social change in education

Pamphlet,
Press conference, Congressional testimony, Sosiodrama,
Expose,
Report.



1.      Evaluation and Policy Research
Penelitian evaluative dirancang untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan sebuah program pendidikan atau penerapan sebuah kebijakan dalam program pendidikan tertentu. Pada penelitian evaluasi, peneliti bertanggung jawab kepada kontraktor yang telah, menandatangani kontrak penelitian dengan pemerintah atau lembaga/ badan yang bergerak pada bidang pekerjaan tertentu pula. Biasanya lembaga atau kontraktor itu merekrut para peneliti untuk melakukan tugas mereka.
Ada dua tujuan penelitian evaluasi yakni untuk:
a.        Untuk menjelaskan document-dokumen tertentu, atau untuk menilai sebuah rancangan program pendidikan ”to describe, documents, and or assess a planned educational change”.
b.      Memberikan informasi-infomrasi yang dibutuhkan bagi para pembuat keputusan “To provide information to decision makkers”.
Bentuk penyajian/ presentasi data pada penelitian ini bersifat laporan tertulis yang ditujukan kepada kontraktor oleh para peneliti.
2.      Pedagogical Uses of Qualitative Research
Kegunaan qualitative research dalam pedagogic dilakukan untuk melayani peserta didik atau program pembelajaran tertentu.  Penelitian ini bertujuan untuk mendukung perubahan individual  peserta didik melalui penerapan program pendidikan tertentu “to promote individual change through education”. Bentuk presentasi data penelitian ini berupa: 1) Program pelatihan “Training programs”,   2) pelatihan “workshop”, dan 3) kurikulum pendidikan/ pelatihan “Curriculum”.
3.      Action Research
Penelitian tindakan “action research” ialah pengumpulan data dan informasi
secara sistematis tentang kasus/ masalah-masalah social yang dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan/ perbaikan masyarakat. Penelitian ini digunakan untuk tujuan mendukung perubahan social dalam pendidikan “to promote social change in education”. Bentuk presentasi hasil penelitian tindakan berupa: Pamplet, Konerenci pers, pernyataan/ testimony kongres “Congressional testimony”, Sosiodrama, Expose, pelaoran.





























DAFTAR PUSTAKA

Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen; “Qualitative Research for Education” Copryght by Allyn and Bacon London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapore, 1992.

John Creswell W; “Educational Research; Planning, Conducting, Evaluating Quantitative and Qualitative Research”, Fourth Edition, Pearson, Boston Columbus Indianapolis, New York, London, Coprygth 2012.
Walter Borg R and Meredithy Damien Gall; “Educational Research An Introduction”, Longman Inc. New York & London, 1983.