بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
PENELITIAN
QUALITATIF DALAM PENDIDIKAN
DALAM PEKRSPEKTIF BOGDAN dan BRIKLEN
N a w a w i
Staf Pengajar
Jurusan PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Abstrak
Riset qualitative disebut juga sebagai riset lapangan “field research”,
sebab datanya dikumpulkan dari lapangan penelitian dan ini kontras dengan
penelitian laboratorium yang pengumpulan datanya diatur oleh peneliti sendiri
(Junker; 1960). Pada bidang pendidikan riset qualitative disebut sebagai
penelitian naturalistic sebab peneliti tertarik menyelidiki peristiwa, fenomena
yang terjadi apa adanya natural. Data penelitian qualitatif dikumpulkan dari
orang-orang dalam berprilaku wajar (Guba 1978; Wot, 1979), dan masih banyak
lagi sebutan terhadap penelitian ini, akan tetapi Bogdan dan Briklen lebih
menyukai istilah qualitative research.
A.
PENGANTAR
Menurut
Bogdan dan Briklen; bahwa riset
qualitative bentuknya bermacam-macam dengan beragam latar lingkungan. Riset
qualitative memiliki karakteristik yakni; 1) Data yang dikumpulkan bersifat
lunak, artinya kaya dengan interpretasi tentang orang, tempat, dn percakapan
yang tidak gampang digarap menggunakan prosedur statistika. 2) Pertanyaan
penelitian tidak dirumuskan berdasarkan variable operasional, hal itu digunakan
untuk menyelidiki segala kerumitan (obyek penelitian) dengan segala kerumitan
dalam konteksnya. Para peneliti qualitative akan benar-benar focus pada saat
proses pengumpulan data, untuk mampu memahami fenomena dari kerangka acuan
subyek penelitian. Mereka tidak merancang penelitian deagan
pertanyaan-pertanyaan khusus dan detail serta tidak mengajukan hipotesis untuk
diuji. Factor-faktor penyebab fenomena dianggap hal penting kedua dalam
penelitian ini, mereka cenderung mengumpulkan data melalui kontak langsung
dengan orang-orang di lokasi penelitian secara terus-menerus.
Alat
pengumpul data dominan yang digunakan dalam penelitian qualitative adalah
observasi dan wawancara mendalam, yang sering kali disebut sebagai wawancara
tidak terstruktur (Maccoby & Maccoby; 1954), opened interview (Jahoda,dkk;
1951), non directif (Meltzer & Petras), atau terstruktur luwes
(Whyte; 1979). Peneliti bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang
orang-orang seperti; murid-murid, guru, kepala sekolah, bagaimana mereka
berfikir, bertingkah-laku, dan memperoleh pandangannya. Tujuan seperti itu
memaksa peneliti tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama, merekam
wawancara dan kegiatan sehari-hari, tidak ada questioner yang dipersiapkan
sebelumnya, hanya kadang-kadang menggunakan pedoman wawancara yang tidak terstruktur, yang sering terjadi adalah
peneliti itu merupakan satu-satunya instrument yang berupaya agar para subyek
bebas mengemukakan gagasannya mengenai topic tertentu sesuai keragka acuan
mereka sendiri.
Riset
qualitative disebut juga sebagai riset lapangan “field research”, sebab datanya
dikumpulkan dari lapangan penelitian dan ini kontras dengan penelitian
laboratorium yang pengumpulan datanya diatur oleh peneliti sendiri (Junker;
1960). Pada bidang pendidikan riset qualitative disebut sebagai penelitian
naturalistic sebab peneliti tertarik menyelidiki peristiwa, fenomena yang
terjadi apa adanya natural. Data penelitian qualitatif dikumpulkan dari
orang-orang dalam berprilaku wajar (Guba 1978; Wot, 1979), dan masih banyak
lagi sebutan terhadap penelitian ini, akan tetapi Bogdan dan Briklen lebih
menyukai istilah qualitative research.
1. Tradisi
Penelitian Qualitatif dalam Pendidikan
Guba dan Lincoln
menyatakan bahwa kelahiran penelitian pendidikan adalah sejak Kongres Amerika
mengesahkan undang-undang penelitian komperatif (1976), dengan memberikan dana
kepada lembaga-lembaga tertentu untuk membantu penelitian pendidikan.
Penelitian qualitative dalam bidang pendidikan baru pada tahun terakhir ini
padahal ia memiliki tradisi yang lama dan kaya. Akar penelitian qualitative
terdapat pada beragam disiplin ilmu, karenanya penjelasan sejarah penelitian
ini akan melibatkan banyak disiplin ilmu.
2. Characteristic
of Qualitative Research
a. Qualitative
research has the natural setting sebagai sumber data langsung dan peneliti
sebagai instrument kunci
b. Qualitative
research bersifat deskritif
c. Qualitative
researcher are concerned with process rader than simpli with outcomes or
product.
d. Qualitative
researchers tend to analyze their data inductively
e. “Meaning”
is the essential concern to the qualitative approach
Sementara itu Creswell
menetapkan beberapa karakteristik penelitian qualitative yakni:
a.
Explorasi masalah
dan mengembangkan pemahaman detail dari fenomena umum
b.
Tinjauan
literatur memiliki peran kecil tapi berperan untuk menjustifikasi masalah
c.
Pernyataan
tujuan dan pertanyaan penelitian berbentuk umum dan luas
d.
Mengumpulkan
data berdasarkan kata-kata dari individu-individu sampai diperoleh
pandangan umum responden
e.
Deskripsi dan analisis data menggunakan analisis kata-kata dan penafsiran makna yang lebih luas dari temuan penelitian
f.
Struktur dan
kriteria evaluasipenulisan
laporan fleksibel, memasukkan
refleksi dan bias-bias subjektifitas.
3. Theoretical
Underpinnings (Landasan Teoretik Qualitative Research)
Bogdan dan Briklen
memberi definisi paradigm sebagai kumpulan lepas dari asumsi, konsep, proposisi
yang disatukan secara logis dan mengarahkan pemikiran dan jalannya penelitian.
Sementara itu perspektif atau orientasi teoretis adalah cara memandang dunia
atau sesuatu yang dianggap penting dan apa yang menyebabkan segala sesuatu
berjalan, disadari atau tidak semua itu dibimbing oleh orientasi teoretik.
Peneliti yang baik perlu menyadari landasan teorinya dalam mengumpulkan dan
menganalisis data. Teori menyatukan data dan mencegah riset membuat gambaran
yang tidak terarah dan tidak sistematis.
Menurut Bogdan bahwa
semua peneliti aliran qualitative dalam beberapa hal mencermikan perspektif
fenomenologi dalam pengertian yang sangat umum, kemudian perspektif
interaksionisme simbolis, dan yang terakhiretnometodologis.
4.
Fenomenological Approach
Peneliti
aliran fenomenolgi berusaha memahami apa makna kejadian dan interaksi pada
situasi tertentu.sosiologi fenomenologi banyak dipengaruhi oleh filsafat Edmun
Hasserl dan Alfred Schutz, juga terletak pada tradisi Weber yang menekankan
“verstehen”, pemahaman menurut taksiran atas interaksi orang-orang.
Fenomenologi tidak menganggap dirinya tahu tentang makna sesuatu bagi
orang-orang yang ditelitinya (Douglas; 1976). Penelitian fenomenologis
berangkat dari “diam” (Psathas; 1973), keadaan “diam” ini sebagai upaya untuk
menangkap makna apa yang sedang dipelajari. Yang ditekankan kaum fenomenologis
adalah segi subyektif tingkah laku orang. Fenomenologi berusaha untuk bisa
masuk ke dalam dunia konseptual subyek
penelitiannya. Fenomenolog berkeyakinan bahwa manusia memiliki banyak cara
untuk menafsirkan pengalaman yang ada melalui interaksi dengan orang lain,
makna pengalaman itulah yang membentuk realitas (Greene; 1978) akibatnya
pengalaman itu bentukkan social (Berger dan Lukmann; 1967).
5.
Symbolic Interaction
Selaras dengan pandangan
fenomenologi dan bersifat mendasar bagi pendekatan itu terdapat asumsi bahwa
“that human experience is mediated by interpretation” (Blumer; 1969). Benda,
masyarakat, situasi dan kejadian tidak memiliki maknanya sendiri, alih-alih
makna itu diberikan kepada semua itu. Makna yang diberikan orang kepada
pengalaman dan proses menginterpretasikannya merupakan hal yang esensial dan
konstitutif, bukan kebetulan atau bersifat skunder. Orang berbuat tidak atas
respon yang telah ditetapkan sebelumnya terhadap obyek yang juga teah
didefinisikan sebelumnya.
Membuat interpretasi
bukanlah perbuatan otonom, tidak dipengaruhi oleh kekuatan apapun manusiaa atau
lainnya. Individu menginterpretasikan dengan bantun orang lain; orang-orang
terdahulu, pengarang, keluarga, para tokoh, dan orang-orang di lingungan tempat
kerja, tetapi orang-orang itu tidak membentuk hal itu baginya, akan tetapi
makna dibentuk melalui interaksi.
6.
Culture
Definisi kebudayaan
sangat beragam dan kebudayaan diyakini memberikan warna pada penelitian. Para
peneliti mengatakaan bahwa riset dipandang berhasil jika mampu memelihara agar
orang-orang tetap berprilaku sewajarnya dalam latar budayanya baik dalam
keluarga, dalam komunitas masyarakat, di sekolah di dunia kerja dan di manapun.
Lepas bagaimana kebudayaan didefinisikan, akan tetapi kerangka kerja budaya
sebagai alat konseptualisasi pokok untuk menafsirkan data penelitian etnografi
(istilah yang banyak digunakan para peneliti pendidikan untuk digunakan secara
bergantian dengan penelitian qualitative).
7.
Ethnometodology
Etnometodologi berarti
suatu studi tentang bagaimanaa individu-individu menciptakan dan memahami
kehidupan mereka sehari-hari. Subyek etnometodologi bukan orang-orang primitive
akan tetapi masyarakat dengan beragam latar belakang dan situasi yang tinggal
pada komunitas tertentu. Etnometodologi sebagai suatu studi tentang bagaimana
komunitas orang-orang yang dalam tatanan hidup keteraturan, menggunakan
ciri-ciri tatanan keteraturan itu menjadi terorganisasi danya nyata bagi orang
lain. Para ahli etnometodologi berusaha untuk memahami bagaimana masyaraakat
memandang, memahami dan menjelaskan tatanan keidupan pada latar kehidupan
mereka sendiri.
Para pendukung penelitian
ini bahwa etnomedotologi telah berhasil membuat orang peka terhadap satu isu,
yaitu bahwa penelitian itu sendiri bukan upaya ilmiah yang khas, akan tetapi
penelitian dapat dipelajari sebagai suatu pencapaian kerja praktis. Mereka
menyarankan untuk berhati-hati dalam memahami bahwa anggapan umum “common sense”
sebagai piranti dasar pengumpulan data. Mereka mendorong para peneliti yang
menggunakan pendekatan qualitative agar
sensitive terhadap asumsi-asumsi anggapan umum “common-sense assumptions”,
untuk dibuang.
8.
Cultural Studies
Perbedaan utama antara pendekatan “cultural studies” dengan
fenomenologis, mereka menolak pemikiran bahwa dunia “dapat diarahkan dan dapat
dikethui”; pendapat itu “tidak dapat membuktikan dirinya secara empirik”, kaum
fenomenologis mengajukan alasa; pertama orientasi cultural studies bahwa
relasi social dipengaruhi oleh kekuatan relasi-relasi antara yang perlu
diperhitungkan dengan menganalisis interpretasi-interpretasi informan dengan
situasi mereka asing-masing.Kedua; mereka berketetapan bahwa semua riset
mengandung beberapa pemahaman teoretik tentang prilaku manusia dan masyarakat,
akan tetapi semua itu tidak dapat dideskripsikan secara akurat melalui proses
analisis secara induktif. (Roman dan Apple; 1990, p. 62) misalnya mendukung
pendapat bahwa; komitmen politis dan teoretis masa lalu para peneliti
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup bersama kelompok peneliti.
Cultural studies menekankan pentingnya metode- qualitative menggambarkan
hubungan timbal-balik strukur social dan kemanusiaan.
9.
A Story
Pada kasus-kasus perbedaan
pandangan tentang suatu atau beberapa istilah yang digunakan dalam kehidupan
manusia dan perlu mendapat penetapan yang disepakati bersama, dalam metode
qualitative malah akan memperluas perbedaan bukan memfokuskan untuk mencapai
consensus tentang definisi yang sebenarnya. Pendekatan “A Story” mampu meredam
kesalah-fahaman dari beragam pandangan yang berlainan, akan tetapi metode
qualitative malah memperluas pandangan, semua itu terjadi sebaab salah satu
prinsip yang dipegang para peneliti qualitative bahwa “realitas itu bersifat
jamak bukan tunggal”.
10. Nine
Commons Question Research about Qualitative Research
Bogdan dan Briklen
memberikan beberapa pertanyaan umum berkenaan penelitia qualitative yakni:
a.
can qualitative and quantitative approach be used together
?
b.
is qualitative research really scientific ?
c.
how does qualitative research differ from what other
people such as reasecher, reporters, or artiss do ?
d.
are qualitative findings generalizable ?
e.
what about the reasecher’s opinion, prejudices, and other
biases and their effect on the data ?
f.
don’t the presence of the reasecher change the behavior
of the people he/ she is trying to study ?
g.
will two reasechers independently studying the some
setting or subjects come up with the same fndings ?
h.
what is the goal of qualitative research ?
i.
how does qualitatif research differ from quantitative
research ?
B.
DISAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian
adalah kerangka kerja menyeluruh berkenaan dengan tahapan-tahapan gradual
penelitian yang akan dlakukan peneliti dari awal sampai akhir. Rancangan ini
akan berkembang di lapangan penelitian setelah peneliti memperoleh pengertian
tentang latar penelitian, subyek penelitian, serta beragam sumber-sumber
datanya, melalui pemeriksaan langsung di lokasi penelitian. Rancangan penelitian
qualitative ini dimaksudkan untuk pertama; sebagai kerangka rujukan “base-line”
yang bersifat lenturdanperludikembangkan parapeneliti di lapangan ketika
melakukan kegiatannya, dan kedua; kerangka kerja ini diperlukan sebab
dalam penelitian, para peneliti perlu menghapus segala pra-konsepsi yang
dimilikinya sebelum pelaksanaan penelitian.Kerangka kerja atau “research
design” penelitian qualitative memuat prosedur rinci dan baku dalam tradisi
penelitian, tidak bisa dilakukan sebelum mengumpulkan data, karena itulah dalam
qualitative para peneliti tidak melakukan penelitiannya diawali dengan
hipotesis untuk diuji, dan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab.
Bab ini membahas disain
penelitian, yang dimulai dengan mendiskusikan factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih topic penelitian, kemudian mendiskusikan disain
terkait dengan topic-topik spesifik dan sumber data penelitian yang beragam.
Berkaitan dengan topic disain dan sumber data penelitian yang beragam, Bogdan
dan Briklen menyiapkan dua disain yang digunakan untuk menghasilkan teori yang
mendalam “grounded theory” yakni; induksi analitik, dan metode
komparatif konstan.
1. Chosing
a Study
Beberapa factor yang
perlu dipertimbangkan dalam memilih topic penelitian qualitative adalah: apa
yang akan diteliti ? jenis data apa yang akan dieksplorasi ? pendekatan
spesifik apa yang akan dilakukan ?
2. Case
Study
Studi kasus adalah kajian
mendalam terhadap suatu latar belakang tertentu, atau satu subyek tertentu,
atau tempat penyimpanan dokumen, atau suatu
peristiwa tertentu. Studi ini relative lebih sederhana disbanding
study-multi situs atau multi subyek, karena itu studi ini menjadi langkah
pertama bagi para peneliti sebelum maju ke studi lainnya yang lebih rumit.
Studi kasus qualitative
memiliki banyak ragamnya dan setiap jenis itu perlu pertimbangan spesifik serta
prosedur penerapannya. Jenis-jenis tersebut adalah:
a.
Studi Kasus terhadap Latarbelakang Historis suatu
Organisasi; “Historical Organizational Cas Study”
a.
Studi ini focus pada organisasi tertentu dan pada kurun
waktu tertentu, menelusuri perkembangannya, bagaimana kelahirannya, contoh;
sekolah terbuka “free school” penelitian dimulai dengan;
bagaimana kelahirannya, bagaimana perkembangan pada tahuan pertama, bagaimana
perubahanya pada kurun waktu tertentu, dan seperti apa keadaannya saat ini.
b.
Studi Kasus Observational “Observatinal Case Study”
Teknik utama dalam
pengumpulan pada data studi adalah “participant obcervation” observasi
terlibat, dan focus studinya terhadap suatu organisasi tertentu (sekolah, pusat
rehabilitasi), atau bagian-bagian tertentu dari sebuah lembaga/ organisai,
seperti;
a.
Suatu tempat tertentu (suatu kelas, ruang dewan
guru)
b.
Sekelompok orang tertentu dari organisasi (tim
bola basket SMA tertentu, guru-guru sekolah tertentu)
c.
Kegiatan atau peristiwa tertentu pada organisasi
(pengembangan kurikulum, kepemilikan senjata di antara para siswa SMA)
3. Multisite
Study
Studi
multi-situs, studi ini menghendaki adanya beragam situs atau tentang subyek
yang jauh berbeda dengan yang pernah dibicarakan sebelumnya. Jenis penelitian
ini arahnya untuk pengembangan teori, kareanya membutuhkan lebih banyak situs
dan subyek penelitian dari pada hanya dua atau tiga situs/ orang saja.
4.
Modifikasi Analisys Induktif “modified analytic
inductive”
Rancangan pengumpulan dan
analisis data yang digunakan untuk mengembangkan teori sekaligus untuk
megujinya, ia memiliki sejarah yang panjang dan kontroversil (Becker; 1963;
Danzia; 1970, dll). Prosedur analisis induktif digunakan untuk menyelidiki masalah,
pertanyaan, atau isu khusus yang menjadi focus riset. Data dikumpulkan dan diolah secara deskriptif
yang merangkum semua kasus. Cara yang digunakannya adalah model wawancara
terbuka, participant observation, dan studi dokumentasi.
Jelasnya perlu dipelajari
dari Jonah Glenn yang memulai studinya dengan hipotesis tentang; keefektifan
kinerja guru bahwa (beberapa guru ternyata bekerja lebih efektif dibanding
guru-guru lainnya). Glenn memulai mewawancarai guru tertentu yang
direkomendasikan sebagai guru efektif, merekam pengalaman panjangnya selama
jadi guru, suka-dukanya, keberhasilan dan kegagalannya menghadapi siswa, di
beberapa tempat bekerja (sekolah). Beragam variable; kegagalan – keberhasilan,
suka dan duka, kecewa dan senang, serta masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi guru, kemudian bagaimana cara guru tersebut mengatasi masalah
pembelajaran di berbagai sekolah dengan latar budaya beragam, kemudian sampai
mencapai keberhasilan (effectiveness), semua itu dikembangkan dan diuji untuk
menjadi teori keberhasilan guru.
Penyelidikan kemudian
dilanjutkan dengan studi terhadap guru-guru lain yang juga direkomendasikan
sebagai guru efektif, mendatangi sekolah-sekolah tempat mereka bertugas satu
persatu, mengobservasi bagaimana guru bekerja, menyelidiki orang-orang
disekitarnya. Mengumpulkan data dan informasi yang dianggap relevan dengan
keefektifan kinerja guru, dan membuang bagian-bagian tertentu yang tidak
relevan. Memadukan kehidupan pribadi guru dan kedinasannya, mendeskripsikan
masalah yang dihadapi dan putusan yang diambil guru dalam mengatasinya, dengan
beragam tempat, subyek yang diteliti serta setting social dan geografisnya.
Teori itu berupa
pernyataan proposisi tentang guru efektif, dan sebuah diagram karir dan
kontingensi karir yang terdapat relasi dengan keefektifan, deskripsi itu
mendefinisikan keefektifan dan menjelaskan dimensi-dimensinya. Berangkat dari
teori kesefektifan dari guru pertama, kemudian dimodifikasi setelah
mewawancarai guru kedua, dan dimodifikasi setelah meneliti guru ke tiga dan
seterusnya, sampai tidak ada lagi proposisi yang berlainan, Glenn menggunakan
tekni bola salju, dari guru yang berpengalaman dan hampir pensiun, guru
pengalaman sedang (pertengahan), dan guru pemula, semuanya yang
direkomendasikan sebagai guru efektif, dan menggunakan teknik purposive
sampling, bukan random sampling.
Robinson (1951) memodifikasi versi alanisis induktif sebagai
berikut:
a.
Pada tahap awal penelitian anda memulai dengan membuat
definisi dan penjelasan tentang phenomena tertentu (Guru efektif).
b.
Anda berpegang pada definisi dan penjelasan itu sampai
memperoleh data penelitian.
c.
Modifikasi definisi dan penjelasan itu setelah
memperoleh kasus yang menjelaskan dan tidak cocok dengan definisi/penjelasan
yang anda pegang.
d.
Secara aktif anda mencari kasu-kasus yang diduga
bertentangan dengan formulai awal.
e.
Buat redefinisi phenomena dan reformulasi penjelasan
yang didirikan di atas keterhubungan (phenomena dan penjelasan) universal,
menggunakan kasus-kasus negative dalam me-redefinisi dan reformulasi (guru
efektif).
C. DATA
QUALITATIF
Data
qualitative adalah bahan-bahan mentah
yang dikumpulkan peneliti dari lokasi penelitian, bahan itu merupakan hal-hal
khusus untuk dijadikan dasar analisis. Data meliputi semua bahan yang direkam
secara aktif oleh peneliti; transkrip wawancara, dan catatan lapangan hasil
observasi terlibat, termasuk data penelitian segala yang diciptakan orang lain
dan ditemukan peneliti seperti; poto, buku harian, dokumen resmi, dan artikel
surat kabar.
Bab ini focus pada data
dan pengumpulan data yang menjadi konten penelitian serta bagaimana mekanisme
pengumpulan data sebagai konten penelitian.
1. Catatan
Lapangan (Fieldnotes)
Catatan lapangan adalah ceritera tertulis
mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan peneliti selama
berlangsungnya pengumpulan dan refleksi data dalam studi qualitative. Catatan
lapangan jga berisi rekaman tertulis mengenai fikiran, siasat, refleksi,
pirasat, serta pola catatan yang ada.
Catatan lapangan ini
sebagai bentuk andalan dari bentuk participant observation, dan juga sebagai
pendukung dalam wawancara yang menggunakan rekaman sekalipun, catatan lapangan
sebagai pelengkap aspek-aspek tertentu yang tidak bias direkam. Catatan
lapangan ini dalam pandangan Bogdan memiliki arti kolektif, meliputi; catatan
lapangan, transkrip wawancara, dokumen resmi, statistika resmi, gambar, dan
bahan-bahan lain.
a.
Isi catatan Lapangan (the Content of Filednotes)
Sebagaimana definisi di
atas, catatan lapangan terdiri dari dua jenis yakni pertama bersifat
deskriptif:yakni kecenderungan menangkap kata, gambaran tentang latar
tempat, orang-orang, tindakan dan percakapan seperti yang diamati. Kedua
bersifat reflektif; yakni bagian yang lebih banyak menangkap kerangka berpikir,
gagasan, dan kecenderungan-kecenderungan.
Bagian
Deskriptif Catatan Lapangan ; Bagian ini
merupakan rangkaian panjang yang menggambarkan segala upaya peneliti untuk
merekam secara rinci dan seobyektif mungkin segala yang terjadi di lapangan dan
sebanyak mungkin. Karena itu seyogyanya dihindari penulisan rangkuman atau
interpretasi terhadap ibyek yang Nampak, misalnya “anak itu acak-acakan”,
sebaiknya mendeskripsikannya: anak itu berpakaian tidak distrika, kotor, dari
hidungnya keluar caairan sekitar 2 senti menuju mulutnya, sepatunya penuh
debu…” gunakan uraian deskripsi dari apa yang dilihat, didengar, dilakukan
subyek penelitian di lapangan, dan hindari penyederhanaan atau
ringkasan-ringkasan.
Bagian
deskriptif catatan lapangan ini berisi;
1)
Gambaran tentang subyek meliputi; penampilan fisik,
kelakuan khasnya, gaya bicara, serta tindakannya, kemudian perlu pula dicari
keunikan-keunikan yang dimiliki dan membedakan subyek yang satu dari lainnya.
2)
Rekonstruksi dialog, penting untuk menggunakan rekamk
fisik, dan video dan didukung catatan-catatan khusus, dan perlu diperhatikan
gerak fisik, aksen, ungkapan-ungkapan khas.
3)
Deskripsi latar fisik, denah gambar ruangan, tata letak
perabotan, isi papan pengumuman, untuk kelengkapan gunakan kamera digital.
4)
Catatan kejadian-kejadian, berkenaan dengan siapa
pelaku, apa yang dilakukannya, serta sifat tindakannya, termasuk pula
urutan-urutan kejadian itu secara sequential.
5)
Prilaku peneliti, dalam penelitian qualitative subyek
penelitian adalah orang-orang yang diwawancarai dan dijumpai di latar penelitian,
akan tetapi anda mesti memperlakukan diri anda sebagai subyek penelitian atau
instrument utama penelitian qualitative yang dilengkapi dengan asumsi-asumsi
dan konseptualisasi terhadap fenomenalatar penelitian.
Bagian
Reflektif Catatan Lapangan; adalah catatan tentang sisi-sisi yang bersifat
subyektif dari perjalanan penelitian. Tekanannya pada spekulasi, rasa, masalah,
gagasan, firasat, kesan, firasat, dan prasangka. Perlu pula dimasukkan koreksi
atas kesalahan atau kesalah-fahaman, dengan menggunakan notasi atau kode-kode
tertentu yang difahami peneliti (*= dugaan peneliti, X= koreksi atas kesalahan)
dan sebagainya
Bagian refleksi ini berisi catatan-catatan tentang;
a.
Refleksi analisis;Pada bagian ini peneliti menduga-duga
tentang apa yang akan diteliti, tema yang dimunculkan, pola penelitian yang
akan dilakukan, koneksi sebagian data dengan data lainnya, pengembangan pikiran
dan gagasan.
b.
Refleksi metode; Bagian ini berisi refleksi tentang
prosedur dan strategi serta keputusan yang diambil dalam penetapan disain
penelitian.
c.
Refleksi dilemma etik dan konflik; Refleksi pada bagian
ini berkaitan dengan nilai-nilai dan tanggung jawab peneliti erhadap subyek
penelitian dan profesi peneliti, dalam konteks pergaulan sehari-hari.
d.
Refleksi tentang kerangka pikiran pengamat; Secara umum
para peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki sejumlah asumsi terhadap subyek
dan latar/ setting penelitiannya. Seperangkat praconsepsi ini bersumber dari
agama yang diyakini, ideology politik, latar budaya, posisi social, pengalaman
sekolah, ras, dan jenis kelamin.
e.
Hal-hal lain untuk memperjelas;Catatan lapangan yang
dibuat peneliti selanjutnya dapat pula ditambah dengan beberapa kode dan atau
keterangan tertentu yang berguna untuk memperjelas, atau untuk memberikan
catatan khusus tertentu tentang kejadian/ subyek/ fenomena pada saat itu.
2. The
Subject Written Words
Catatan tertulis subyek penelitian dapat
berupa;
a.
Personal documents yakni; narasi orang pertama
yang menggambarkan kegiatan individu, pengalaman, dan keyakinan-keyakinan.
(Plummer; 1983, Taylor and Bogdan; 1984). Ada beberapa jenis catatan pribadi:
b.
Buku catatan harian (intimate diaries) menurut
Allport; (1942) sebagai personal
documents yang bermutu.
c.
Surat-surat pribadi (personal letters) antara
anggota keluarga, teman-teman, merupakan sumber penelitian qualitative yang
kaya
d.
(Autobiographies) riwayat hidup autobiografi
yang seseorang juga menjadi rujukan data qualitative yang kaya informasi.
e.
Dokumen resmi (official documents)
Sekolah-sekolah dan
lembaga birokrasi, dimaklumi banyak memproduksi jaringan komunikasi tertulis
sekaligus file-file
penyimpanannya. Official documents dapat
berupa;
a.
Internal documents, dan
b.
External documents
3.
Photography
Photography erat
kaitannya dengan riset qualitative dan digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat subyektif, dan hasilnya dianalisis secara induktif. Foto ada dua macam
yakni; 1) foto temuan (ada orang lain yangtelah mengambilnya berkenaan obyek
tertentu); 2) foto yang dibuat peneliti sendiri; dan 3) foto untuk analisys,
yakni ketika peneliti beranggapan bahwa gambar/ foto merupakan pernyataan
abstrak atau terjemahan obyektif mengenai suatu latar atau isu tertentu.
4.
Data Statistika dan Data Qualitatif Lain (Official
Statistics and Other Quantitative Data)
Sekolah
dan atau lembaga/ instansi memiliki sumber data bagi penelitian qualitative
yang sangat kaya dan beragam jenisnya, adaa data yang disimpan kepala sekolah,
sesuai jenis dan tujuannya, ada data yang disimpan para guru juga sesuai jenis
dan tujuannya, da nada data administrative, juga disimpan sesuai jenis dan
tujuannya. Bogdan dan Briklen menyampaikan delapan macam data
quantitative untuk difahami dalam perspektif qualitative sebagai berikut:
Konsep angka nyata
(penamaan yang keliru); proses quantifikasi menghasilkan angka dan ukuran,
angka dan ukuran itu tidak tampil alamiah. Angka dan pencacahan itu
merepresentasikan pandangan subyek terhadap orang-orang, obyek, dan peristiwa.
Ketika subyek menyikapi secara numerical tehadap penggolongan masyarakat,
obyek, dan kejadian tertentu, tidak berarti terdapat kesepakatan yang wajar
mengenai bagaimana diperoleh angka dan cacahan itu.
D. ANALYSIS
DATA
Analisis data adalah
proses sistematik dalam mencari dan membuat catatan interview, catatan
lapangan, dan berbagai bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
serta mampu mempresentasikan apa yang telah diperoleh dari (penelitian) kepada
orang lain.Analisis data meliputi kegiatan; organisasi data, merinci
data menjadi bagian-bagian yang sudah diatur, menyusunnya, mencari
hubungan-hubungannya, mencari apa yang penting, serta mendeskripsikan apa
yang akan disampaikan pada orang lain.
Analisis bertugas untuk
memberi interpretasi dan pemaknaan terhadap bahan-bahan yang sudah terkumpul.
Pekerjaan menganalisis ini terlihat berat bagi para peneliti pemula. Bogdan
merekomendasikan langkah-langkah berikut menuju analisis bahan-bahan yang telah
dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data:
1. Analysis
in The Field
Tahapan-tahapan yang perlu dikerjakan dalam
analisis data di lapangan
a.
paksa dri anda untuk mempelajari secara focus
pada salah satu aspek/ bidang tertentu dari banyak aspek penelitian yang anda
hadapi. Hal ini dilakukan setelah melakukan kunjungan tiga (3) sampai empat (4)
kali.
b.
Tentukan pula jenis penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian qualitative anda, apakah studi kasus lembaga/
organisasi tertentu ? pengamatan ? etno-grafi, life-story dan lainnya.
c.
Kembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik
(develop analytic questions), pada setiap focus penelitian tertentu yang anda
pilih. Ketika anda focus untuk mempelajari “bagaimana membelajarkan al-Qur’an
bagi orang-orang dewasa (35 tahun) ke atas yang belum mampu membaca al-Qur’an”.
Selanjutnya buatlah pertanyaan-pertanyaan spesifik; a. kemampuan standar apa
yang dianggap paling penting dikuasai terlebih dahulu ? b. bahan ajar apa yang
dianggap paling relevan ? c. bagaimanakah cara yang digunakan ? d. bagaimanakah
system pelinailaian yang dikembangkan ? dan seterunya.
d.
Rencanakan sesi pengumpulan data berdasarkan
temuan yang diperoleh dari observasi sebelumnya.
e.
Buatlah komentar yang banyak dari para pengamat
terhadap gagasan yang muncul dalam pikiran anda.
f.
Tulislah memo untuk diri anda
tentangkeberhasilanpenelitian anda.
2. More
on Analysis in The Field
Ada beberapa hal umum
yang perlu diperhatikan peneliti ketika masih berada di lapangan penelitian,
sebelum menginjak pada sesi berikutnya yakni;
a.
Jangan takut berspekulasi; Kurangnya kepercayaan
terhadap hasil penelitian biasanya membuat peneliti terlalu berhati-hati untuk
membuat gagasan berikutnya. Spekulasi sangat produktif untuk cara penelitian
ini, spekulasi menyebabkan anda mau mencoba gagasan, jangan menunda berpikir
karena belum semua data dikumpulkan, berpikirlah dengan data yang ada.
b.
Curahan gagasan; Gagasan dan pemaknaan akan selalu
muncul pada saat melakukan penelitian, ini terjadi karena penlitian dianggap
sebagai proses kreatif (Bogdan & Briklen; 1992, 164). Memikirkan gagasan
secara mendalam perlu penyaluran, ada dua cara penyaluran yakni; mebicarakannya
dengan temans ejawat atau sesame peneliti; dan kedua menuliskannya dalam
cacatan-catatan atau memo, untuk kemudian menjadi sebuah naskah. Dalam kasus
ini Bogdan merekomendaikan untuk cara kedua (menuliskannya), dengan catatan
bahwa membicarakan dengan teman sejawab dapat mengurangi energy untuk
menyelesaiakn pekerjaan besar yakni menuliskannya menjadi naskah.
c.
Saran terakhir Bogdan bahwa: Buatlah tanda-tanda
tertentu pada catatan lapangan, mungin nomor urut catatan, tanda-tanda khusus
untuk menerangkan pentingnya catatan, dan penjelasan catatan yang dibuat.
3. Analysis
after Data Collection
Para
peneliti senior sering kali mengambil rehat dahulu beberapa saat setelah
selesai pengumpulan data, untuk kemudian kembali menyelesaiakn langkah
berikutnya dengan keadaan fikiran dan badan yang bugar. Akan tetapi perlakuan
seperti itu tidak dapat dilakukan dalam waktu yang terlalu panjang sebab
dikhawatirkan berakibat buruk pada penelesaian pekerjaan, atau ada perubahan di
lokasi penelitian ketika kita membutuhkan data tambahan atau kelengkapan data,
atau penjelasan lanjut dan sebagainya.
Bagi
peneliti pemula ada baiknya melakukan beberapa pekerjaan setelah pengumpulan
data di anggap selesai yakni; mensortir data, mengelompokkan sesuai jenis dan
kebutuhannya, dan agtau berdasarkan kode-kode tertentu yang telah diberikan
sebelumnya.
E. MENULIS
HASIL PENELITIAN
Menulis data hasil
penelitian qualitative agak lebih mudah dari pada menulis konseptual, peneliti
memiliki setumpuk data dan informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian,
ditambah dengan catatan-caatatan atau keterangan dan sandi-sandi tertentu,
serta komentar dari para pengamat, yang dapat disusun menjadi konsep sementara
dari bagian-bagian tulisan tertentu. Peneliti memiliki landasn untuk melakukan
revisi dan atau pengembangaan catatan-catatan yang diperoleh dari lapangan
sebagai bahan makalah, laporan, dan mungkin buku.
1. Getting
Started
Menurut Bogdan bahwa
penulis (peneliti) pemula biasanya agak
lalai menulis ketika data dan keterangan penelitian sudah diperoleh, mereka
agak mengalami kesulitan dari mana dan bagaimana mulai tulisan, hal ini
berlangsung biasanya sekalipun mereka sudah duduk di depan mesin tulis.
Lanjut Bogdan bahwa sebetulnya
para peneliti/ penulis, mereka sudah mulai
menulis ketika mereka mulai memfokuskan perhatian secara spesifik pada
suatu ide/ gagasan tertentu, ketika penulis memikirkan/ mencari tema tulisan,
ketika mereka mulai memutuskan jenis tulisan mana yang perlu diambil, ketika
anda menulis memo dan komentar para pengamat, dan ketika anda mulai menyortir
catatan-catatan lapangan, maka sebetulnya peneliti itu sudah berada di
perjalanan penulisan penelitian. Persoalannya adalah bagaimanakah sebenarnya
penulisan itu terutama gaya penulisan, bentuk da nisi tulisan ?
2. A
Good Manuscript
Tulisan
yangbaik menurut Bogdan dan Briklen adalah yang memiliki focus yang jelas,
tujuan yang ditentukan, dan janji yang dipenuhi. Memiliki satu focus berarti
menentukan apa yang akan diceriterakan kepada pembaca, dan focus pembahasan itu
dinyatakan dalam satu atau dua kalimat saja. Akan tetapi menurut Bogdan bahwa
focus itu memiliki banyak jenisnya, salah satunya adalah tesis, yakni sebuah
proposisi yang diajukan dan dipertahankan. Tesis lahir mungkin dari hasil
membandingkan hasil penelitian dengan pernyataan yang dikemukakan dalam banyak
literature, misalnya “…..metode….ternyata sangat berlainan ketika diterapkan
dalam pembelajaran di kelas”.
Tesis
merupakan focus yang baik, argumentative, dan mampu membangunkan minat untuk
mempelajarinya, akan tetapi argument yang diajukan seringkali mendapat
serangan. Bogdan selanjutnya membagi jenis focus menjadi tesis, tema, dan
topic. Tema dan tesis sama-sama mengandung gagasan besar. Menurut Bogdan tema
adalah konsep teoretik yang timbul dari data yang dikumpulkan secara induktif,
tema sebagai “kecenderungan penanda, konsepsi induk, atau sesuatu yang memiliki
ciri-ciri penting”. Tema bisa muncul dalam berbagai bentuk mulai dari
pernyataan umum tentang manusia, prilakunya, dan situasi yang melatarinya.
Sebuah
artikel atau makalah selalu memiliki rumusan yang koheren tentang; bagian
pengantar, bagian inti, dan bagian penutup. Pengantar merupakan bagian yang
berisi konteks permasalahan atau latar belakang yang menggiring pada focus
pembahasan. Bagian inti merupakan bagian terbesar dari pembahasannya yang
ditentukan oleh focus yang dipilih. Focus pada bagian ini perlu dideskripsikan
menjadi rangkaian tesis, tema, dan topic. Pembahasan focus masalah ini sangat
bergantung pada ketajaman penulis dalam menganalisis argumentative dan
menyajikannya dalam tulisan yang dipaparka. Bagian penutup merupakan elaborasi
dari penjelasan focus, argumentasi, dan implikasi dari temuan-temuan yang
diperleh dari hasil penelitian. Bagian ini biasanya ditutup dengan rekomendasi
peneliti bahwa segala hasil temuan penelitiannya perlu ditindak-lanjuti dengan
penelitian pengembangan berikutnya.
3. Concluding
Remarks about Writing
Bogdan
dan Briklen menutup pada bagian penulisan ini dengan beberapa rekomendasinya: pertama;
menetapkan focus, kemudian membuat kerangka inti tulisan, dan mulailah dengan
membuat bagian pendahuluan. Yakinkan diri anda bahwa yang anda buat itu sebagai
draft awal bukan hasil final. Bogdan menekankan pada sesi penulisan laporan
penelitian ini untuk memeriksa ulang draft tulisan, merevisi, menuliskan
kembali, membaca/ mempelajari artikel-artikel, laporan penelitian qualitative
lain, untuk mengambil makna dan pengalaman penulisan dari orang lain, baik
format, kerangka, alur pemikiran, maupun penerbitannya.
F. APPLIED
QALITATIVE RESEARCH FOR EDUCATION,
EVALUATION, PEDAGOGY, AND ACTION
Pada bab ini Bogdan dan
Briklen memberikan ilustrasi pengalaman penelitian qualitative yang diterapkan
Paulo Freire dalam dunia pendidikan pada masyarakat Brazil. Masyarakat Brazil
benar-benar mengalami chaos dalam tatanan kehidupan mereka akibat penjajahan
dengan segala “romantikanya” seperti; pemerasan, perbudakan, penindasan, dan berbagai
bentuk eksploitasi fisik maupun ruhaniah. Kahancuran akibat penjajahan itu
begitu mendalam secara social, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya,
dan yang paling utama adalah kehancuran ruhaniah yakni kerusakan kerangka
berfikir secara individu maupun kelompok masyarakat (mind-set).
Kerusakan pada aspek
ruhaniah dimaksud menyebabkan mereka tidak memiliki cita-cita ideal (vision)
seperti apa ke depan ? apa yang seharusnya perlu dilakukan individu maupun
masyarakat untuk mewujudkan (vision) ? bagaimana seharunya mereka
melakukan tugas-tugas itu ? dan seterunya. Penjajahan benar-benar telah
meluluh-lantakkan infrastruktur aspek-aspek batiniah kemanusiaan masyarakat
Brazil seperti; kepercayaan diri, kerangka berpikir, cita-cita ideal untuk
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik, kebermartabatan, dan
sebagainya. Menurut Freire bahwa yang dibutuhkan masyarakat saat itu hanya tiga macam saja
yakni; “Pao – Paeu – dan Pano” (pangan – pakaian - pentungan).
Berdasarkan hasil pengamatan, dan pengalaman Freire, berkesimpulan bahwa
kebodohan dan kemiskinan itu lahir berbarengan dengan perasaan
ke-tidak-berhargaan/ ketidak-bermartabatan (the dignity).
Diskusi Bogdan dan
Briklen pada bab ini terutama dimaksudakn untuk menekankan perlunya
strategi-strategi penelitian qualitative dalam meneliti segi-segi kemanusiaan
menuju perubahan peradaban masyarakat. Bogdan selanjutnya membagi penerapan penelitian qualitative
dalam konteks perubahan masyarakat atau peserta didik menjadi tiga jenis yakni;
penelitian evaluasi (evaluation and policy research, pedagogical research,
and action research), penelitian pedagogy, dan penelitian aksi atau
penelitian tindakan.
Ketiga jenis penelitian
dimaksud diilustrasikan sebagai berikut:
APPLIED
QUALITATIVE RESEARCH IN EDUCATION
TYPE
|
WHO RESEARCHER SERVES
|
PURPOSE
|
FORM of DATA PRESENTATION
|
Evaluation and Policy Research
|
Contractor
|
1.
To describe, documents, and or assess a planned
educational change
2. To
provide information to decision makkers
|
Written
Rapport or Oral Presentation
|
Pedagogical Research
|
Learner
or Program
|
To
promote individual change through education
|
Training
programs
Workshop
Curriculum
|
Action Research
|
Social
Cause
|
To
promote social change in education
|
Pamphlet,
Press
conference, Congressional testimony, Sosiodrama,
Expose,
Report.
|
1.
Evaluation and Policy Research
Penelitian evaluative dirancang untuk mengevaluasi hasil
pelaksanaan sebuah program pendidikan atau penerapan sebuah kebijakan dalam
program pendidikan tertentu. Pada penelitian evaluasi, peneliti bertanggung
jawab kepada kontraktor yang telah, menandatangani kontrak penelitian dengan
pemerintah atau lembaga/ badan yang bergerak pada bidang pekerjaan tertentu
pula. Biasanya lembaga atau kontraktor itu merekrut para peneliti untuk
melakukan tugas mereka.
Ada dua tujuan penelitian evaluasi yakni untuk:
a.
Untuk
menjelaskan document-dokumen tertentu, atau untuk menilai sebuah rancangan
program pendidikan ”to describe, documents, and or assess a planned educational
change”.
b.
Memberikan informasi-infomrasi yang dibutuhkan bagi
para pembuat keputusan “To provide information to decision makkers”.
Bentuk penyajian/ presentasi data pada penelitian ini bersifat laporan
tertulis yang ditujukan kepada kontraktor oleh para peneliti.
2.
Pedagogical Uses of Qualitative Research
Kegunaan qualitative research dalam pedagogic
dilakukan untuk melayani peserta didik atau program pembelajaran tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendukung
perubahan individual peserta didik
melalui penerapan program pendidikan tertentu “to promote individual change
through education”. Bentuk presentasi data penelitian ini berupa: 1)
Program pelatihan “Training programs”,
2) pelatihan “workshop”, dan 3) kurikulum pendidikan/ pelatihan “Curriculum”.
3.
Action Research
Penelitian tindakan “action research”
ialah pengumpulan data dan informasi
secara sistematis tentang kasus/
masalah-masalah social yang dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan/ perbaikan
masyarakat. Penelitian ini digunakan untuk tujuan mendukung perubahan social
dalam pendidikan “to promote social change in education”. Bentuk
presentasi hasil penelitian tindakan berupa: Pamplet, Konerenci pers,
pernyataan/ testimony kongres “Congressional testimony”, Sosiodrama,
Expose, pelaoran.
DAFTAR PUSTAKA
Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen; “Qualitative
Research for Education” Copryght by Allyn and Bacon London, Toronto,
Sydney, Tokyo, Singapore, 1992.
John Creswell W; “Educational Research; Planning, Conducting,
Evaluating Quantitative and Qualitative Research”, Fourth Edition, Pearson,
Boston Columbus Indianapolis, New York, London, Coprygth 2012.
Walter Borg R and Meredithy Damien Gall; “Educational
Research An Introduction”, Longman Inc. New York & London, 1983.